Monday, September 29, 2008

Pundang - Pundung

Menurut salah satu postingan blogger lain :

"MUTUNG = NGAMBEK =PUNDUNG

Sekarang di sekitar saya banyak kasus pundung ini. Yang susah bedain kerjaan dengan urusan pribadi, lalu pundung. Yang dinasehati, lalu pundung. Yang kecewa, lalu pundung.

Parahnya lagi, ketika mereka pundung, mereka lalu mengendurkan keaktifan berorganisasi. Lalu mereka seakan amnesia.

Lupa, bahwa mereka "sampai di sini" bukan hanya dengan pengorbanan biaya jutaan rupiah, tapi juga keringat orang lain. Dana dari orang lain yang ikhlas untuk kelanjutan organisasi. WAKTU orang lain. Ya, waktu. Komoditi paling berharga sampai-sampai ada pemeo "Time is money". Yang seharusnya bisa dipakai Kerja Praktek. Dipakai berlibur ke kampung halaman. Dipakai kerja magang.

Saran saya paling keras : Silakan non-aktif, tapi kembalikan apa yang telah diberikan pada kamu. Kembalikan dana yang telah dikeluarkan untuk kamu. Kembalikan keringat yang mengalir deras hanya untuk menemani kamu. Kembalikan darah yang mengalir karena pengorbanan demi kamu. Kembalikan waktu yang telah dipakai untuk memastikan KAMU SAMPAI DI SINI.

Tidak, saya tidak bicara pada satu orang saja. Saya bicara kepada diri saya sendiri, kepada teman sebaya, kepada senior dan junior. Saya orang yang jauuuh dari sempurna, tapi saya mencoba memastikan organisasi ini terus berlanjut, beregenerasi, menghasilkan pemimpin-pemimpin masa depan.

Bicara soal pemimpin, Colin Powell mengatakan dalam bukunya "My American Journey" :

"Being responsible sometimes means pissing people off."
"Making people mad was part of being a leader. As I had learned long ago…an individual’s hurt feelings run a distant second to the good of the service.”
Saya belajar bahwa seorang pemimpin tidak akan selalu membuat keputusan yang populer.

Coba renungkan pendahulu-pendahulu kita.

Pada tahun 1978, ketika sepatu lars militer menginjak dan menduduki kampus, seorang pemimpin membuat keputusan berani : Membuat pagar manusia. Hasilnya : Dipopor, dan ditahan di bui Polisi Militer. Tapi berkat kepemimpinannya, Kampus Gajah kembali ke pangkuan mahasiswa dari tangan dan lars tentara.

Pada tahun 2000, ketika organisasi ini disetir untuk ditakdirkan "mati" , karena citra yang dibentuk suatu orde pemerintahan selama puluhan tahun, seorang pemimpin membuat keputusan berani : Mempertahankan keberadaan. Melanjutkan api perjuangan.

Tidak akan ada suatu keputusan tanpa ekses. Dan seorang pemimpin yang merupakan manusia, tempatnya salah, tidak sempurna tanpa staf dan anggota yang dipimpinnya.

Dan yang ingin ditegaskan : Tidak ada yang dibuang. No one is left behind. Pintu depan selalu terbuka bagi yang ingin kembali. Jalan pengabdian masih panjang, Bung, Mbak, Non, Pak, Bu.

Renungkan perkataan salah seorang sesepuh kita, ketika mengetahui ada Alumni putri sangat-senior yang masih datang ke rapat organisasi, 41 tahun setelah dia lulus dari Kampus Gajah ini.

Beliau mengatakan :
"Apakah kalian siap untuk datang kembali ke kampus ini, ke organisasi ini, 41 tahun lagi, untuk membantu adik-adik kalian nanti?"

Kami berkata : "SIAP PAK!"

Dan saya tidak akan membiarkan pundung ini sebagai rintangan saya untuk memenuhi perkataan saya ini.

Just my two cents.

1 Comments:

Blogger L. Pralangga said...

Pundung.. memang manusiawi sekali.. namun yang sering2 pundung itu malah jadi gak manusiawi :D

Semangat terus yah.. :D

7:39 AM  

Post a Comment

<< Home